BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Keistimewaan manusia dari segala sesuatu adalah
manusia karena punya akal fikiran. Maka manusia dengan fikirannya merupakan isi
dari alam ini, yang mana tidak ada yang mulia di dunia ini, kecuali manusia
yang berakal. Salah satu fungsi akal dalam kehidupan manusia tiada lain sebagai
petunjuk jalan guna memilih yang bermanfaat dan meninggalkan yang mudharat.
Berbagai kenyataan di lapangan yang ditemukan seputar
berpikir kritis, analitik, dan logic, bagi sebuah masyarakat modern
yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan sebagai salah satu kebutuhan dalam
kehidupannya.
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi akal
pikiran benar-benar menganjurkan ummatnya untuk melakukan apapun dengan
landasan ilmiah yang memiliki akurasi data yang baik, dan benar. Sehingga
ditemukan pemahaman dalam bertindak dengan benar-akurat-lengkap. Filsafat
melalui salah satu cabangnya, memberikan jalan keluarnya dengan istilah logika
yang juga banyak dikenal di dunia Islam dengan istilah mantiq.
Ilmu mantiq, bagi pikiran, adalah sebagai Ilmu Nahwu
bagi lisan, artinya Ilmu Mantiq digunakan sebagai alat berpikir agar jangan
sampai cara berpikir kita kliru, di samping digunakan untuk menguakan tabir pengertian
yang rumit sama halnya dengan Ilmu Nahwu digunakan sebagai alat untuk berbicara
menyatakan sesuatu dengan lisan, jangan sampai cara pengucapannya itu kliru.
Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas tentang Lafadz serta
pembagian-pembagiannya. Secara singkat Lafadz adalah satu nama yang diberikan pada
rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg mempunyai arti. Jika
lafadz tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut
sebagai lafadz. Semoga makalah
kami dapat membawa manfaat bagi para pembaca khusunya dalam materi tentang
Lafadz.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan Lafadz dan apa saja pembagiannya?
2.
Apa
macam-macam lafadz Mufrad?
3.
Apa
macam-macam lafadz Murakkab?
4.
Apa
Macam-macam Lafadz Kulli?
5.
Apa
saja yang termasuk Kulliyat al-khamz?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui
pengertian Lafadz serta pembagian-pembagiannya.
2.
Mengetahui
macam-macam lafadz mufrad.
3.
Mengetahui
macam-macam lafadz murakkab.
4.
Mengetahui
macam-macam lafadz kulli.
5.
Mengetahui
pengertian kulliyat al-khamz dan macam-macamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
DAN PEMBAGIAN LAFADZ
Lafadz adalah susunan beberapa huruf yang mengandung arti. Istilah
Lafadz berasal dari bahasa Arab dan diartikan sebagai ‘kata’ dalam bahasa Indonesia,
seperti kayu, batu, air dan lain-lain. Dari segi wujud/ bentuk bangunannya,
kata terbagi menjadi dua bagian: Mufrod dan Murakkab.
Lafadz Mufrod yaitu:
هو ما ليس له
جزء يدل دلا لة مقصودة على جز ء المعنى المراد منه
·
Kata
yang tidak mempunyai bagian yang tidak menunjukkan kepada penunjukkan yang
dimaksud oleh bagian makna yang tidak dikehendakinya.[1]
Lafazh mufrad terdiri dari dua kata yaitu, lafazh dan Mufrad. Lafazh artinya kata-kata, sedangkan Mufrad artinya satu kata. Dlam
istilah ilmu mantiq, lafazh adalah
kata-kata yang tidak mempunyai bagian yang masing-masing bagian itu menunjuk
kepada makna yang dikandungnya sendiri.
Lafadz Murakkab yaitu:
هو ما يد ل جز ؤه د لا لة مقصود ة على جزء المعنى المقصود
·
Kata
yang bagiannya menunjukkan arti yang dimaksud oleh bagian yang terkandung dalam
kata tersebut.[2]
Lafazh murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafazh dan Murakkab. Lafzah artinya kata-kata dan murakkab
artinya disusun atau dirangkai. Jadi, lafazh murakkab artinya kata-kata yang
disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun lebih dari itu.
Terdapat perbedaan pendapat antara Ahli Mantiq dan Ahli Nahwu
tentang pengertian ini. Ahli Mantiq melihat lafadz pada maknanya, bukan pada
jumlah lafadz-nya. Artinya, susunan lafadz yang jumlahnya lebih dari satu kata
tetapi tetap menunjukkan makna satu yang disebut sebagai Lafadz Mufrod.
Seperti, meja, kursi, Amir Syarifuddin adalah contoh lafadz mufrod. Tetapi Ahli
Nahwu lebih melihat pada bentuk dan jumlah susuna kata, sehingga Lafadz seperti
Muhammad Abdullah Syafi’i tidak dapat disebut Lafadz Mufrod.[3]
B.
PEMBAGIAN
LAFADZ MUFRAD
a.
Lafadz Mufrad, dilihat dari segi bentuknya , terdiri dari empat
macam:
1.
Lafazh yang tidak mempunyai suku kata sama sekali,
misalnya lafadz yang terdiri dari satu huruf.
Contoh: huruf ba, kaf, li dari huruf jar atau huruf ma’ani yang berdiri dari
satu huruf saja, juga seperti huruf sumpah.
2.
Lafazh yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika
dipisahkan, bagian itu tidak mempunyai arti sama sekali. Contoh: huruf Tha dalam kata Thalibun. Tha bukan huruf ma’ani
tetapi merupakan suku kata.
3.
Lafazh
yang mempunyai bagian kata yang dapat menunjukkan suatu arti, tetapi arti itu
bukan yang dimaksud oleh kata tersebut. Contoh: Abdullah, sebagai sebuah nama.
Sebenarnya kata ‘abdun’ mempunyai arti, seperti juga kata Allah. Akan tetapi,
dalam hal ini bukan itu pengertiannya, karena yang dimaksud dengan ‘Abdullah
adalah sebuah nama.
4.
Lafadz yang mempunyai bagian yang dapat menunjukkan sebuah arti, tetapi artinya bukan yang
dimaksud. Contoh: Hayawan al-Natiq sebagai sebuah nama bagi seseorang. Kata
hayawan dan al-Natiq memang mempunyai arti, tetpi arti itu bukanlah yang
dimaksud. Karena, pengertian Hayawan al-Nathiq disini adalah nama seseorang.
b.
Lafadz Mufrad, apabila dilihat dari segi jenisnya, ada tiga macam:
1.Isim, adalah lafazh
(kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan waktu.
ما دل على معنى
مستقل بالفهم من غير دلا لة على زما ن ذلك المعنى
·
Kata
yang menunjukkan suatu arti tersendiri yang tidak disertai penunjukkan waktu.
Contoh: sekolah, rumah, pesantren, Muhammad, Zainab, dll.[4]
2. Kalimah adalah lafazh (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri
yang terikat dengan waktu.
ما دل على معنى
فى زمن من الاز منة الثلا ثة
·
Kata
yang menunjukkan suatu arti dengan disertai penunjukkan ketiga dimensi waktu
(waktu lampau, kini, dan akan datang ). [5]
Contoh: Dia akan membaca buku, Dia sedang membaca buku, Dia telah
membaca buku. “kalimah” dalam Ilmu Nahwu, disebut kalimat fi’il.
3.Adat adalah (menurut ilmu Nahwu) = harf seperti
Bi, Min, wa, ila dll.
ما لا يدل وححده
على مستقل با لفهم
·
Kata
yang tidak dapat menunjukkan suatu arti yang sempurna secara mandiri.[6]
Contoh: عن، الى، dll. “Adat”, dalam Ilmu
Nahwu, disebut kalimat harf.
v Lafadz Mufrad Isim, dilihat dari segi artinya, terbagi atas dua
macam:
1.
Mufrad
Isim Kulli, yaitu Lafadz mufrad yang ketika disebutkan lantas menunjukkan
kepada semua arti atau maknanya. Contoh: sungai, burung, siswa, mahasiswa, dll.
Dalam Ilmu Nahwu, disebut Isim Nakirah.
2.
Mufrad
Isim Juz’i, yaitu Lafadz Mufrad yang ketika disebutkan lantas menunjukkan
kepada satu bagian saja dari keseluruhan makna yang terkandung oleh lafadz
kulli. Contoh: Jakarta, Bandung, Bogor, dll
v Lafadz Mufrad Isim, dilihat dari segi ada- tidak adanya dalam
realita, terbagi menjadi tiga macam:
1.
Isim
Muhashal
Adalah
kata yang menunjukkan arti atau sifat ganda. Contoh: kota, desa, merah, putih,
dll.
2.
Isim
Ma’dul
Adalah
kata yang menunjukkan ketiadaan sesuatu tau sifatnya. Contoh: bukan sekolah,
bukan dosen, tidak hadir.
3.
Isim
‘Adami
Adalah kata
yang menunjukkan suatu sifat dari suatu objek yang ada padanya. Contoh:
Buta(tidak bisa melihat), Bisu(tidak bisa berbicara, dll.
Menurut Imam al-Adhari dan Al-Darwi Lafadz Mufrad Kulli terdiri
dari: musta’mal (yang digunakan dan ghairu musta’mal (yang tidak digunakan).[7]
v Pembagian Kulli, dilihat dari pengertiannya:
·
Kulli artinya menetapkan suatu ketentuan (hukum)
atas sesuatu secara menyeluruh. Contoh: Para
Santri mengangkat pondok. Perkataan “para santri mengangkat pondok” ini,
artinya menetapkan hukum atas santri-santri secara keseluruhan.
·
Kulliyat artinya menetapkan suatu ketentuan atas
sesuatu secara satu persatu. Contoh: Para
Santri mengangkat buku. Perkataan “para santri mengangkat buku” ini, artinya
para santri masing-masing mengangkat buku. Jadi masing-masing santri mengangkat
buku.
v Pembagian Juz’i, dilihat dari pengertiannya:
·
Juz’i artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum)
atas sebagian secara keseluruhan dari yg sebagian itu.
·
Juz’iyat artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum)
atas sebagian secara masing-masing dari yg sebagian itu.
C.
PEMBAGIAN
LAFADZ MURAKKAB
v Lafadz Murakkab, dibagi menjadi dua macam:
·
Lafazh
Murakkab Tam, adalah
kata-kata yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa sehingga memberi
pengertian yang lengkap. Sehingga pendengar dapat dengan mudah mengerti
maksudnya. Dalam bahasa Indonesia, murakkab tam disebut kalimat efektif atau
kalimat sempurna.
·
Lafazh Murakkab Naqish, adalah rangkaian kata yang belum memberikan
pengertian efektif atau sempurna (kalimat gantung). Jadi pendengar atau pembaca sulit mengerti maksudnya.
v Murakkab Tam, dibagi menjadi dua macam:
·
Murakkab Khabari, adalah murakkab tam yang isinya mungkin benar dan mungkin
juga salah (mengandung keraguan).
Contoh: Si Ali lulus ujian
·
Murakkab Insya’i, adalah murakkab tam yang tidak mungkin benar dan tidak
mungkin pula salah. Murakkab Insya’i ini seperti kata perintah,
kata larangan, dan kata seru. Murakkab Insya’i ini tidak menjadi objek mantiq.
D. LAFADZ KULLI DAN PEMBAGIANNYA
1).
Pengertian lafadz kulli
Lafadz kulli adalah suatu lafadz yang mengandung beberapa afrad. Seperti lafadz rumah artinya mencakup
segala/semua macam-macam rumah. Lafadz ini terbagi pada beberapa bagian. Ada
lafadz kulli yang afradnya wujud/nyata, dan ada yang tidak wujud/nyata atau
tidak ada dalam kenyataan atau mustahil (menurut akal atau adat).[8]
2). Macam-macam kulli
v Kulliy Dzatiy
Lafadz kulli dzatiah adalah lafadz yang menunjukkan kepada mahiyah
(hakekat) sepenuhnya, dan kepadanya diajukan pertanyaan ”apa dia”. Seperti kata
“sayur-mayur” disamakan dengan dengan bayam, kubis, kangkung, dll. Hakikatnya
bayam adalah sayur-mayur, kubis juga sayur-mayur, dan kangkung juga
sayur-mayur. Jadi kata sayur-mayur itu sudah meliputi kata bayam, kubis, dan
kangung.
v Kulliy ardhiy
Lafadz kulli irdhiyah adalah lafadz abstrak yang menyifati benda. Seperti kata kepala desa
dipersamakan dengan Hadi. Meskipun Hadi dapat disebut kepala desa, tetapi kata
kepala desa tidak masukdalam hakikatnya Hadi.
v Kully Wasithoh
Lafadz kulli wasithoh ialah kulliy yang mencakup dua hakikat. Seperti
kata “Rokok”. Rokok mengandung dua hakikat: a. Tembakau (tembakau bukan
linting), b. Linting (linting bukan tembakau).[9]
v Kulliyyat Al- khams
a.
Kulliy Jinsi, yaitu kulliy yang mempunyai beberapa
jenis, hakikat yang berbeda-beda, dan ketikaterdapat persamaan, kulliy ini
patut digunakan sebagai jawaban pertanyaan.
b.
Kulliy Fashal, yaitu sebagian dari zat, wujud,
bahan, benda, yang sebagian darinya dapat menunjukkan semua hakikatnya.
c.
Kulliy ‘arodh ‘Aam, yaitu kulliy di luar hakikatnya
zat, wujud, benda, yang dapat dipersesuaikan dengan hakekat wujud itu juga
dengan yang lain.
d.
Kulliy Nau’, yaitu Kulliy yang mempunyai beberapa
hakikat yang sama dan patut digunakan sebagai jawaban dari pertanyaan “apa itu
?”
e.
Kulliy Khoshshoh, yaitu kulliy yang di luar
hakikatnya zat, tetapi tertentu, khususnya bagi hakikat zat itu sendiri,
seperti “tertawa” bagi manusi, tertawa itu ada diluar hakikatnya manusia,
tetapi tertawa itu khusus ada pada manusia, selain manusia tidak ada yang bisa
tertawa.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pemaparan yang telah disampaikan di atas, dapat
disimpulkan Lafadz dalam bahasa arab, adalah
kata-kata dalam bahasa Indonesia. Lafadz adalah satu nama yang diberikan pada
rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yang mempunyai arti. Jika
lafadz tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut
sebagai lafadz. Lafadz dibagi menjadi dua, yaitu: Lafadz Mufrad dan Lafadz
Murakkab. Lafadz Mufrad dilihat dari segi bentuknya di bagi menjadi empat macam
dan jika dlihat dari segi jenisnya ada tiga macam. Lafadz Mufrad Isim dilihat
dari segi artinya dibagi dua, yaitu: Mufrad Isim Kulli dan Lafadz Isim Juz’i.
Lafadz Murakkab ada dua, yaitu: Lafadz Murakkab Tam dan Lafadz Murakkab Naqish.
Lafadz kulli adalah suatu lafadz yang mengandung beberapa afrad. Lafadz Kulliy
ada tiga, yaitu: kulli dzatiy, kulli ardhiy, kulli wasithoh. Kulliyat Al-khamz,
ini merupakan bahan pembentukan ta’rif/ pengertian.[10]
Kulliyat al-khamz yaitu: al- nau’,jenis (al- jins),fashal(Al- fashal),khashah,
‘aradh’am . Jins di bagi menjadi 3, yitu: jins Qorib, jins mutawasith, jins
ba’id.
[1] Syukriadi
Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 46
[2] Ibid.,
46
[3] hhttps://sites.google.com/site/masjidillah/pengetahuan-islam/bahasa-arab/definisi-lafadz. Html (Senin,
28-04-2014, 20:10)
[4] Syukriadi
Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 47
[5] Syukriadi
Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 48
[6] Ibid.,
48
[7] Syukriadi
Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 49
[8] hhttps://sites.google.com/site/masjidillah/pengetahuan-islam/bahasa-arab/definisi-lafadz. Html (Senin,
28-04-2014, 20:10)
[9]
Cholil Bisyri Mustofa, Tejemahan Assulamul Munauroq (Bandung: PT Alma’arif,
2000), 23
[10]
http://kyubiumi.blogspot.com/2013/10/makalah-ilmu-mantiqlafadz.html
(Senin, 28-04-2014, 20:15)